Kini seiring dengan gencarnya isu ecofriendly , banyak arsitek yang sudah mulai melirik bambu kembali sebagai elemen dalam desain perancangannya. Salah satu alasan pemilihan bambu adalah karena bambu sudah terkenal sebagai material alami yang elastis, kokoh, dan mampu menahan beban tekan, tarik, geser, maupun tekuk dengan baik. Keunikan bambu yang liat dan elastis serta bobot konstruksi yang ringan menjadikan rumah bambu lebih tahan terhadap gempa seperti rumah-rumah di kampung Naga yang didominasi unsur bambu dan kayu ketika terjadi gempa di Tasikmalaya lalu. Selain itu, harganya yang relatif murah, keberadaannya yang melimpah di alam,serta masa tumbuhnya yang cepat menjadi kelebihan lain dibandingkan material kayu.
Kamis, 16 Desember 2010
Arsitektur dan Lingkungan
Kini seiring dengan gencarnya isu ecofriendly , banyak arsitek yang sudah mulai melirik bambu kembali sebagai elemen dalam desain perancangannya. Salah satu alasan pemilihan bambu adalah karena bambu sudah terkenal sebagai material alami yang elastis, kokoh, dan mampu menahan beban tekan, tarik, geser, maupun tekuk dengan baik. Keunikan bambu yang liat dan elastis serta bobot konstruksi yang ringan menjadikan rumah bambu lebih tahan terhadap gempa seperti rumah-rumah di kampung Naga yang didominasi unsur bambu dan kayu ketika terjadi gempa di Tasikmalaya lalu. Selain itu, harganya yang relatif murah, keberadaannya yang melimpah di alam,serta masa tumbuhnya yang cepat menjadi kelebihan lain dibandingkan material kayu.
Rabu, 01 Desember 2010
Arsitektur dan Lingkungan
Lebih lanjut Imam Ernawi menjelaskan, aktivitas terkait penataan ruang yang dapat memicu terjadinya bencana, antara lain meliputi persyaratan teknis dalam pemanfaatan ruang yang tidak diikuti sepenuhnya oleh masyarakat atau pemerintah daerah serta adanya praktek pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Selain itu Negara Indonesia yang berada pada Ring of Fire memberikan potensi terjadinya gempa akibat letusan gunung berapi dan pergeseran lempeng Eurasia. Antisipasi dan mitigasi bencana harus dilakukan untuk mengurangi kerugian yang lebih besar, agar masyarakat Indonesia living harmony with disaster (hidup berdampingan dengan bencana-red).
“Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta dapat menjadi connector antara daerah dan pusat. Sehingga terbangun sistem jejaring database penataan ruang, khususnya terkait mitigasi bencana dalam penataan ruang,” papar Imam Ernawi.
Dalam paparannya mengenai Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Nasional, Sesditjen Penataan Ruang Ruchyat Deni Djakapermana mengungkapkan, mitigasi bencana dapat diartikan sebagai tindakan yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, terhadap suatu komunitas, kawasan, maupun wilayah. Beberapa akibat bencana dapat dicegah, akibat-akibat lainnya akan tetap terjadi tetapi dapat diubah atau dikurangi dengan tindakan yang tepat. Selain itu dalam Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) No. 26/2007 terkandung upaya mitigasi bencana mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan dan pemanfaatan ruang, imbuh Deni.
“Perencanaan memang memerlukan waktu, karena di dalamnya terdapat landasan teori, kesepakatan bersama, serta perlu dilakukannya sosialisasi kepada seluruh masyarakat”, ujar I Gusti Suradharma selaku Kepala Bidang Tata Ruang dan Cipta Karya mewakili Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang, harus dilandasi oleh wawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk generasi ke depan, tambah Suradharma.
Poernomosidhi Poerwo mengatakan, di tingkat daerah, kearifan lokal merupakan penguatan penyelenggaraan penataan ruang. Selain itu, UUPR telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi sumber daya, karakteristik, dan budaya (kearifan lokal) daerah masing-masing.
Kegiatan yang diikuti oleh perwakilan dari 33 provinsi dan kabupaten/kota, perguruan tinggi, IAI, IAP, dan narasumber yang pakar di bidangnya ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan pemanfaatan ruang. (ww/ibm)
Selasa, 23 November 2010
Arsitektur dan Lingkungan
Prioritas pekerjaan disusun ulang, utamakan kegiatan yang paling mendesak dilakukan. Penghematan pengeluaran dengan membelanjakan bahan bangunan yang paling diperlukan untuk pembangunan sekarang.
Ramah lingkungan = hemat
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.
Lakukanlah survei terlebih dahulu untuk mencari alternatif bahan bangunan yang bersifat praktis, mampu memberi solusi tepat kebutuhan bangunan, dan ramah lingkungan. Hal ini bisa dilihat mulai dari lama waktu proses pengerjaan, tingkat kepraktisan, dan hasil yang diperoleh.
Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.
Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya.
Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan.
Bangunan hijau
Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.
Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan tampilan.
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan sarana pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat buangan limbah kotoran tidak menyebabkan pencemaran pada air tanah dan lingkungan.
Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge).
Beberapa arsitek sudah mulai mengembangkan sistem pengolahan air limbah bersih yang mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri) maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan lubang biopori (10 sentimeter x 1 meter) sesuai kebutuhan.
Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.
Pada akhirnya di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai diubah. Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat (bahan bangunan, waktu, tenaga) yang berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga kualitas dan tampilan bangunan, serta ramah lingkungan. Selamat mewujudkannya.(sumber:kompas)
Sabtu, 20 November 2010
Arsitektur dan Lingkungan
JAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswa dan akademisi perguruan tinggi harus diajar untuk turut memikirkan upaya-upaya sederhana dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global. Terutama pada arsitek lulusan perguruan tinggi sebagai pelaku aktif industri bangunan yang dinilai memiliki kewajiban moral untuk turut serta mengurangi dampak pemanasan global dan diharapkan memegang komitmen pada konsep green architecture.
Demikian hal itu mengemuka diskusi bertema Peran Arsitektur dalam Pembangunan Berkelanjutan-Studi Kasus: Tinjauan Kota Jakarta, Kamis (11/11/2010) di Jakarta. Diskusi tersebut digelar sebagai bagian dari program Bumi Hijaumu Action @Campus sebagai program bersama Mortar Utama dan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Diskusi menghadirkan pembicara antara lain Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Abimanyu TA. MSi dari Universitas Indonesia, Ir Suryono Herlambang, Ketua Jurusan Planologi di Universitas Tarumanegara
General Manager Mortar Utama Anton Ginting mengungkapkan, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengajak semua pihak di perguruan tinggi menjadi bagian dari kampanye integral green architecture. Untuk itu, aktifitas edukasi green architecture yang dilakukan selama road show di kampus-kampus sepanjang tahun ini ditekankan mulai tahap proses implementasi, baik dari sisi desain, maupun material yang digunakan.
"Sumbangan rekayasa dan industri bangunan terhadap proses perusakan lingkungan cukup signifikan. Perusakan ekologi di mulai sejak tahap konstruksi, penggunaan material besar-besaran secara ilegal hingga operasional bangunan modern dipastikan telah memproduksi racun, karbon dan limbah yang terabaikan manajemen pemeliharaanya," ujar Anton.
Untuk itu, kata dia, arsitek atau perancang sebagai pelaku aktif industri bangunan memiliki kewajiban moral untuk turut serta mengurangi dampak pemanasan global. Arsitek diharapkan memegang komitmen pada green architecture, yaitu mampu menolak tarikan pasar serta membuat inovasi dan kreativitas dalam perancangan bangunan tanpa merusak lingkungan.
“Sehingga kami perlu menggagas inisiatif ini untuk membentuk kepedulian, keterlibatan, hingga pemahaman akan isu yang diakhiri dengan perubahan perilaku yang mendukung inisiatif hijau ini di perguruan-perguruan tinggi,” kata Anton.
Adapun Bumi Hijaumu Action @Campus merupakan salah satu wujud program tanggung jawab sosial Mortar Utama untuk turut serta mengajak semua pihak, pemerintah, akademisi, mahasiswa, profesional, tukang, kontraktor, media dan masyarakat umum untuk melakukan upaya-upaya sederhana secara bersama-sama untuk mengurangi penyebab pemanasan global yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Tahun ini, program internal yang dilakukan oleh seluruh karyawan dan jaringan kerja Mortar Utama digelar secara berkesinambungan dan terukur berupa program edukasi masyarakat dengan cara road show ke universitas-universitas terkemuka di Indonesia, mengadakan berbagai green competition yang diikuti kalangan akademisi dan umum, serta pameran-pameran yang dilakukan ke berbagai perkantoran, serta pendidikan bagi para tukang-tukang terlatih.
sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/11/12010935/Arsitek.Punya.Tanggung.Jawab.Moral-5
Rabu, 17 November 2010
Arsitektur dan Lingkungan
Kejadian bencana - baik skala besar maupun skala kecil - seharusnya dijadikan bahan pembelajaran untuk kejadian-kejadian bencana lainnya. Terlepas dari besar atau kecil sebuah kejadian bencana, kehadirannya tetap akan menyengsarakan masyarakat, merusak lingkungan dan jelas ini akan menyedot anggaran negara yang sangat besar. Masih segar dalam ingatan kita kejadian bencana gempa dan tsunami di Aceh Dan Nias pada tahun 2004/2005, 2006 tsunami di Pangandaran dan pada tahun yang sama Gempa yang merontokkan Provinsi DI.Yogyakarta dan Jawa Tengah, kemudian kejadian banjir tahun 2007 di aceh tengah, aceh utara, sigli, pidie dan lhoksuemawe menyebabkan ratusan ribu warga negara mengungsi. Dan yang baru-baru saja terjadi tahun 2009 gempa yang cukup kuat merontokkan Kabupaten Tasikmalaya dan seterusnya, serta tak terhitung banyaknya kejadian longsor, kebakaran hutan di wilayah Indonesia.
Sudah menjadi kecenderungan umum bahwa perencanaan dan pengambilan keputusan seringkali mengabaikan faktor bencana pada pemanfaatan ruang, khususnya dalam proses penetapan peruntukan lahan. Di banyak instansi, informasi yang berkaitan dengan keberadaan suatu potensi bencana geologis tidak pernah dipublikasikan secara terbuka kepada masyarakat atau apabila dipublikasikan tidak pernah sampai diketahui oleh para pembuat keputusan. Padahal suatu keputusan akan bermanfaat bagi masyarakat apabila didasarkan atas data dan informasi yang lengkap, akurat dan dalam bentuk yang mudah dipahami.
Mengacu pada UU no 26 tahun 2007, pasal 5 ayat 2, dijelaskan bahwa penataan ruang harus memasukkan kawasan rawan bencana, serta diperkuat oleh UU no 27 tahun 2007 pasal 7 ayat 3 mengamanatkan pemda wajib menyusun perencanaan zonasi wilayah pesisir yang berbasis mitigasi bencana.
Pada dasarnya Tata Ruang adalah salah satu bentuk kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan wilayah/kota yang mencakup 3 proses utama; perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pasal 1 (5) UU No 26/2007). Fungsinya menciptakan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Begitu strategisnya fungsi penataan ruang, tidak aneh kalau banyak oknum yang banyak ingin intervensi terhadap penyusunan tata ruang mengingat peluang yang diberikan, tujuan dan fungsi dari tata ruang.
Jika kita cermati, jauh sebelumnya berbagai bencana yang melanda negeri ini, tata ruang sebenarnya sudah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap kejadian bencana yang bisa terjadi di suatu wilayah/kota, hal ini dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung bagi daerah yang berpotensi bencana, membatasi pembangunan kawasan permukiman di sepanjang sempadan sungai/pantai/danau serta penetapan ratio bangunan/lantai bangunan (FAR & BCR) terhadap lahan, yang kemudian pasca bencana besar gempa dan tsunami, tata ruang diperkuat dengan mitigasi bencana gempa dan tsunami yang bertujuan mengurangi dampak bencana gempa dan tsunami. Namun dengan semakin meningkatnya frekuensi dan ragam kejadian bencana serta kompleksitas permasalahan yang ditimbulkannya, menuntut semakin kuatnya integrasi multibencana kedalam tata ruang yang bisa memberikan pertimbangan khusus terhadap kerentanan suatu wilayah serta dapat memetakan secara spesifik agar pemanfaatan ruang bisa menyesuaikan dengan kondisi ancaman yang ada.
Integrasi multi bencana secara lebih spesifik akan dijelaskan dalam kajian bencana geologis. Yaitu dalam bentuk konsep perencanaan tata ruang wilayah berbasis mitigasi bencana geologi. Diawali dengan mengkaji kondisi geologinya, baik yang berkaitan dengan potensi sumber daya maupun sumber bencana kondisi geologinya. Selanjutnya adalah penetapan tata guna lahan yang didasarkan atas pertimbangan potensi sumber daya geologi dan kerentanan terhadap bencana geologinya. Hasil dari penetapan lahan kemudian dipakai sebagai masukan dalam proses perencanaan tata ruang wilayah.
Kemudian dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, strategi penataan ruang harus didasarkan kepada arahan yang jelas dan terarah dalam menetapkan kawasan rawan bencana, kawasan budidaya (permukiman, perdagangan, pusat pemerintahan, pertanian, perkebunan, dll) berbasis bencana geologi, pengembangan buffer zone di kawasan rawan bencana geologi serta pengembangan infrastruktur yang mendukungnya. Hal ini juga perlu disertai dengan pedoman pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat selalu siap dan waspada apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.
Program penataan ruang kawasan pesisir:
- Menetapkan peruntukan ruang wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan terhadap potensi geologi, peruntukan ruang untuk keperluan berbagai fungsi ruang serta infrastruktur yang memadai yang berguna terutama dalam proses evakuasi dan tindakan penyelamatan apabila terjadi bencana geologi.
- Mendeliniasi wilayah rentan terhadap bencana gempa bumi dengan cara mambuat peta mikrozonasi yang akan menjadi acuan dalam di dalam pembuatan dan penetapan peraturan mengenai konstruksi bangunan (building code), menetapkan mengawasi dan melaksanakan secara konsisten dan kosekuen semua peraturan yang berkaitan dengan kode bangunan.
- Menetapkan garis sempadan pantai, yang diukur dari air pasang tertinggi terhadap jarak minimal kawasan permukiman.
- Mendeliniasi wilayah rentan terhadap bahaya banjir baik siklus banjir tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, hingga banjir 25 tahun dan disertai dengan peraturan yang berkaitan dengan konstruksi bangunan dan infrastrukturnya, termasuk wilayah rentan terhadap tsunami dengan cara membuat peta zona bathimetry hingga kearah pesisir dan bagian dataran hingga ketinggian 20 meter di atas permukaan laut yang akan menjadi acuan pembuatan dan peraturan daerah mengenai zonasi kerentanan terhadap tsunami.
Sedangkan program penataan ruang kawasan perbukitan harus mempertimbangkan:
- Menetapkan peruntukan ruang wilayah yang mempunyai tingkat kerentanan terhadap gempa bumi dan longsoran tanah serta peruntukan ruang untuk keperluan berbagai fungsi ruang termasuk infrastruktur yang memadai yang berguna terutama dalam proses evakuasi dan tindakan penyelamatan apabila terjadi bencana geologi.
- Mendeliniasi wilayah rentan terhadap bahaya geologi dengan cara membuat peta zonasi rentan bencana geologi yang akan menjadi acuan dalam pembuatan dan penetapan peraturan daerah mengenai kode bangunan, melaksanakan dan menetapkan wilayah rentan terhadap bahaya longsoran tanah dengan cara membuat peta kerentanan longsoran tanah dan kestabilan lahan yang akan menjadi acuan di dalam pembuatan dan penetapan peraturan daerah mengenai keamanan terhadap longsoran, menetapkan, mengawasi dan melaksanakan secara konsisten dan konsekuen semua peraturan yang berkaitan dengan kode bangunan terhadap bahaya longsoran tanah.
Pertanyaan untuk diri kita dan seluruh pelaku Rekompak-JRF, apakah analisis kebencanaan yang memperhatikan aspek penataan ruang dan bangunan (RTBL) telah mendapatkan porsi yang cukup intensif dan serius dalam penyusunan RPP (Rencana Penataan Permukiman)?. Dan, sejauh mana masyarakat memahami dan terlibat langsung dalam merencanakan serta melaksanakan penataan lingkungan sendiri menuju permukiman yang lebih baik, sehat dan responsif terhadap bencana. Penting juga untuk dipastikan bahwa dokumen RPP yang disusun itu pada prinsipnya adalah ide masyarakat dan harus disosialisasikan kembali pada masyarakat, sehingga sesuai dengan pendekatan program kita, REKOMPAK yang berbasis komunitas, dari dan untuk masyarakat.
Arsitek dan Lingkungan
RTRW Bengkulu Berbasis Mitigasi Bencana
Bengkulu, Kompas - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu bekerja sama dengan Program Pembangunan PBB atau UNDP dan lembaga nonpemerintah dari Swiss, Swisscontact, membahas rencana tata ruang wilayah berbasis mitigasi bencana. Ini merupakan amanah dalam Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang RTRW.
”Dalam undang-undang itu disebutkan, RTRW harus berbasis bencana untuk pengurangan risiko bencana alam. Pembahasan dilakukan di tingkat kabupaten/ kota,” kata Sekretaris Bappeda Provinsi Bengkulu, Colendry, di Bengkulu, Jumat (29/1).
Hasil kajian Tim Pemetaan Risiko Bencana Provinsi Bengkulu menunjukkan, wilayah itu berpotensi dilanda sembilan bencana alam, yakni gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, longsor, kebakaran hutan, puting beliung, kekeringan, dan abrasi.
Wakil Ketua Tim Pemetaan Risiko Bencana Provinsi Bengkulu Aminuddin mengatakan, diskusi di tingkat kabupaten/kota membahas potensi bencana dan akan ada rumusan rekomendasi untuk revisi RTRW berbasis mitigasi bencana.
”Kelompok diskusi membahas sembilan peta bencana yang berpotensi terjadi di Provinsi Bengkulu dan membandingkannya dengan rencana sistem perkotaan,” katanya.
Berdasarkan rencana struktur ruang RTRW, kawasan yang rawan bencana gempa dengan intensitas gempa cukup tinggi berpotensi terjadi di Kota Bengkulu, Mukomuko, Curup, Manna, Muara Aman, Kepahiang, Tais, Bintuhan, Ipuh, Ketenong, Ketahun, Tes, Sukaraja, Masmambang, Masat, Seginim, Simpang Tiga, Linau, dan Malakoni.
”Kesimpulannya, wilayah yang mempunyai intensitas gempa tinggi terletak di sepanjang pesisir pantai dan sepanjang ’sesar semangko’. Demikian juga dengan potensi bencana lain akan dibahas lengkap dengan daerah yang rawan,” katanya.
RTRW berbasis mitigasi bencana nantinya diserahkan kepada DPRD provinsi untuk ditetapkan sebagai perda. (ANTARA/JAN)
sumber : http://www.mpbi.org/content/rtrw-bengkulu-berbasis-mitigasi-bencana
Senin, 08 November 2010
Arsitek dan Lingkungan
Arsitek Italia Dr. David Fisher mengumumkan sebuah lembaran baru dalam sejarah arsitektur. Apartemen baru dengan konsep dinamik (Dynamic Towers) akan mengubah cara pandang dunia terhadap sebuah bangunan, karena setiap gedung akan menghasilkan energinya sendiri, setiap lantai akan bebas bergerak, dan melalui rancangan yang unik, setiap tingkat bangunan itu akan dapat dibangun sendiri secara terpisah di pabrik-pabrik.
Pembangunan dari dua Dynamic Towers yang pertama akan segera dimulai di Dubai dan Moscow, sedang proyek-proyek sejenis juga sedang direncakan di belahan dunia lainnya. Setelah menerima proyek pertama di Dubai, Fisher menyebutkan beberapa rencana untuk proyek berikutnya. “Kami berniat membangun pencakar langit ke tiga yang dapat berotasi di New York,” Fisher mengatakan.
Berfokus untuk menciptakan bangunan yang harmonis dengan alam seiring dengan kemajuan teknologi, Fisher menjelaskan bahwa setiap tower dapat menghasilkan energi melalui penggunaan turbin angin dan panel tenaga surya.
“Saya sedang memikirkan tentang bagaimana dapat berkawan dengan angin dari pada melawan angin,” kata Fisher.
“The Dynamic Tower ini adalah gedung yang ramah lingkungan dan merupakan bangunan pertama yang khusus dirancang agar dapat memberi tenaganya sendiri, yaitu dengan kemampuan untuk menghasilkan listrik bagi bangunan itu sendiri, maupun bagi bangunan di sekitarnya,” kata Fisher. “Hal ini dapat dicapai dengan memasang turbin di antara setiap lantai yang dapat berotasi. Bangunan 80 tingkat dengan 79 buah turbin angin itu akan menjadi sebuah pembangkit tenaga listrik yang benar-benar ramah terhadap lingkungan.”
Karena rancangan dan bentuknya yang demikian, turbin angin di antara setiap lantai dapat berkerja tanpa suara, dan perlengkapan peralatan maupun perabotan dari setiap apartemen akan memakai bahan-bahan alami yang dapat didaur ulang seperti batu, marmer, kaca dan kayu.
Setiap lantai dari menara akan dapat berputar bebas secara indenpenden, dan dapat dibangun sendiri secara terpisah di pabrik. Setelah selesai dibangun, setiap bagian lantainya dapat diangkat dan dipasangkan di atas pusat menara sesuai dengan tingkat lantainya.
Fisher mengatakan pembangunan ini menggunakan sistem pre-constructed, yaitu membangun dengan bagian-bagian yang sudah dibangun sebelumnya sehingga dapat mengurangi biaya hingga 20 persen dan menghemat waktu sekitar satu minggu untuk setiap lantainya. Karena kemampuan dari setiap lantai yang dapat bebas berotasi pada kecepatan yang berbeda maka bentuk bangunan tersebut akan selalu berubah-ubah.
Tiap-tiap tower akan dilengkapi dengan banyak pilihan, seperti kolam renang dalam rumah, sistem pengaktifan melalui suara (voice activated control systems), dan elevator yang memungkinkan Anda memarkir mobil di suatu tempat yang sudah ditentukan, juga sebuah kamar mandi mewah yang dirancang secara khusus dan dirakit oleh pabrik Leonardo da Vinci di Italia.
“Kehidupan dewasa ini adalah dinamis, jadi tempat di mana kita hidup haruslah dinamis juga, disesuaikan dengan kebutuhan kita yang terus-menerus berubah, sesuai dengan konsep rancangan dan keinginan hati kita,” kata Fisher. “Bangunan akan mengikuti irama alam. Bangunan tersebut akan mengubah arah dan bentuknya dari musim semi ke musim panas, dari matahari terbit ke matahari terbenam, serta menyesuaikan diri terhadap cuaca. Dengan kata lain, bangunan-bangunan itu akan tampak hidup.”
sumber : http://www.alpensteel.com/article/
Rabu, 26 Mei 2010
Tugas Minggu ke 9
Jenis-jenis Organisasi Ruang ada 5 :
1. Organisasi Terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.
Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingnya.
Ruang-ruang sekunder dan suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran.
Menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometnis teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap:
• kebutuhan akan fungsi.
• menunjukkan kepentingan relatif.
• lingkungan sekitar.
• kondisi tapak.
Pola sirkuIasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral.
Hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Contoh desain organisasi ruang terpusat :
2. Organisasi Linear
Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi.
Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.
Derajat kepentingannya ditegaskan melalui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.
Penempatan ruang penting pada bagian tengah rangkaian linier.
Penempatan ruang penting pada ujung rangkaian linier.
Penempatan ruang penting pada titik-titik belok rangkaian linier.
Penempatan ruang penting di luar organisasi linier.
Bentuk organisasi Iinier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam kondisi dan bentuk tapak. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapak, diagonal menaiki suatu kemiringan, atau berdiri tegak seperti sebuah menara.
Bentuk-bentuk lengkung dan bersegmen pada organisasi linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisi cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke pusat daerah.
Pada sisi cembungnya bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap Iingkungannya.
Contoh desain organisasi ruang linear :
3. Organisasi Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.
Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar Iingkupnya.
Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.
Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.
Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling.
Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.
Contoh desain organisasi ruang radial :
4. Organisasi Cluster
Organisasi dalam bentuk kelompok atau “cluster” mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri dart ruang-ruang yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi.
Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti simetri atau sumbu.
Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.
2. Berkelompok sepanjang alur gerak
3. Berkelompok sepanjang jalan berkeliling (loop)
Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya.
Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu atau dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.
Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang atau kelompok ruang.
Contoh desain organisasi ruang cluster :
5. Organisasi Grid
Organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimensi.
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit ruang modular berulang.
Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-ruang organisasi grid.
Karena sebuah grid tiga dimensi terdiri dari unit-unit ruang modular yang berulang, maka organisasi ini dapat dikurangi, ditambahkan, atau dilapisi, dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai sebuah grid.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai dimensi ruang atau untuk menegaskan daerah ruang sirulasi, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah.
Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang yang melampaui daerahnya.
Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya.
Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapak.
Contoh desain organisasi ruang grid :
Senin, 17 Mei 2010
Tugas Minggu ke 8
Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilanluar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau seseorang yang mendudukinya. Hal ini juga menjelaskan kondidi tertentu di mana sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya, misalnya bila kita bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap.
Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam menyusun dan mengkoordinasikan unsure-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk mengahsilkan suatu gambaran nyata.
Dalam konteks studi ini, bentuk dapat dihubungkan baik dengan struktur internal maupun garis isternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh. Jika bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga-dimensi, maka wujud secara khusus lebih mengarah pada aspek penting bentuk yang mewujudkan penampilannya-konfigurasi atau perletakan garis atau kontur yang membatasi suatu gambar atau bentuk.
2. Pengertian BENTUK BERATURAN
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berbubungan satu sama lain dan tersusun secara rapid an konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap satu sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida merupakan contoh utama bentuk-bentuk beraturan
Bentuk-bentuk dapat mempertahankan keteraturannya meskipun dimensi-dimensinya diubah, ataupun unsure-unsurnya ditambah atau dikurangi. Berdasarkan pengalaman dalam membangun bentuk-bentuk serupa, kita dapat membangun suatu bentuk teratur yang baru berdasarkan bentuk dasar meskipun dengan menghilangkan atau menambahkan beberapa bagiannya.
3. Pengertian BENTUK TIDAK BERATURAN
Bentuk tak teratur adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dari komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.
Selama kita berkecimpung baik dengan massa padat maupun ruang kosong di dalam arsitektur, bentuk-bentuk beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk tak beraturan. Demikian juga bentuk-bentuk tak beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk beraturan.
4. Pengertian RUANG
Pengertian ruang atau space berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan atau luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal,
Dalam pemikiran Barat, Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.
5. Pengertian Ruang Kosong/Void
Void juga bisa diartikan sebagai ruang kosong atau area kosong atau ruang terbuka yang memotong kontinuitas ruang antara dua area. Umumnya pengertian void dipakai untuk menggambarkan ruang kosong tanpa lantai yang berada di lantai dua.
Melalui ruang tersebut kita dapat melihat ruang di bawahnya, namun tetap di bawah atap yang sama.
"Rumah yang berukuran besar dan megah biasanya tidak terlalu memerlukan void. Rumah seperti itu kan biasanya langit-langitnya sudah dibuat tinggi.
Tapi justru void yang ada biasanya diberi dekorasi tertentu agar rumah besar itu tidak kelihatan seperti kosong atau lowong,"
yaitu ruang yang di tempati massa.
Pola Konfigurasi Jalan
1. Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah baris. Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis.
contoh :
2. Radial
Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang kearah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial. Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk linier yang berkembang dari suatu Unsur inti terpusat kearah luar menurut jari-jarinya.
contoh :
3. Spiral
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk dominant yang berada tepat di pusatnya. Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun silinder.
contoh :
4. Grid
Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur oleh grid-grid tiga dimensi Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang .
contoh :
5. Jaringan
Sekumpulan bentuk-bentuk yang tergabung bersama-sama karena saling berdekatan atau saling memberikan kesamaan sifat visual. Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak letak.
contoh :
Persenyawaan bentuk geometris di bawah ini dan berikan contoh bangunan :
1.Tipe 1 kedua bentuk saling menyerap identitas msg2 & menyatu menciptakan bentuk baru
2.Tipe 2salah satu bentuk menerima bentuk yang lain secara keseluruhan di dalamnya
3.Tipe 3 kedua bentuk dapat mempertahankan identitasnya masing2 & bersama-sama memiliki volume yang saling berkaitan
4.Tipe 4 kedua bentuk dapat terpisah dan dihubungkan oleh unsur ketiga yg serupa geometrinya dg salah satu bentuk