Sabtu, 26 Januari 2013

KRITIK NORMATIF
Kritik normatif adalah cara mengkritisi berdasarkan prinsip tertentu yang diyakini menjadi suatu pola atau standar, dengan input dan output berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif. Jenis-jenis metode kritik normatif antara lain:
  1.  metode doktrin
  2. metode sistemik  
  3. metode tipikal
  4. metode terukur

Metode doktrin / dogmatif adalah :
  • penggunaan suatu prinsip dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang muncul akibat kekaguman pada prinsip tersebut.
  • satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur.  
  • doktrin bisa jadi sebgai pujian atau sebaliknya.
  • merupakan metode yang dilihat dari aliran atau paham atau nilai-nilai sosial.
  • kritik yang berbasis atau berdasarkan teori dari arsitek, keputusan-keputusan yang dibuat arsitek atau kutipan-kutipan arsitek. Teori-teori umum dalam dunia arsitek seperti form follow function, function follow form, that less is more, that less is bore, that buildings should be what they want to be, that they should ex-press structure, function, aspirations, construction methods, regional climate and materials, etc adalah teori-teori umum yang biasa dibahas dalam kritik doktrin.

berikut adalah contoh dari penggunaan kritik normatif dengan metode doktrin :


Kritik akan di terapkan pada sebuah bangunan Museum Taman Akuarium Air Tawar TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Dibangun sejak tahun 1992 dan diresmikan pada tanggal 20 april 1994 . Taman Akuarium ini merupakan taman biota air tawar terbesar dan terlengkap ke dua di dunia serta terbesar di asia. 

 Pada bangunan museum TAAT ini, warna finishing cat yang digunakan adalah pilihan warna-warna yang cerah seperti biru, merah, dan hijau. Hal tersebut baik untuk menarik perhatiin pengunjung trutama pada kalangan anak-anak. Karna memberikan kesan yang ceria.

Tapi untuk sebuah museum TAAT warna-warna ini kurang memberi kesan sebagai sebuah museum akuarium, karna warnanya yang terlalu mencolok.





Bentukan bangunan bagian sampingnya, berbentuk setengah lingkaran cukup dinamis untuk menggambarkan sebuah museum yang berhubungan dengan air, ditambah lagi dengan penggunaan material kaca.

Namun penggunaan material kaca sebagai jendela yang hanya berbentuk kotak, kurang berani dan kurang dinamis, sehingga hanya terlihat datar saja.



Sumber :
http://qiqi-close2you.blogspot.com/2011/12/kritik-arsitektur-kritik-normatif.html
http://arsitekturdunianyata.blogspot.com/2010/02/kritik-dalam-arsitektur.html
http://arisarchitect.wordpress.com/2011/12/09/sudut-pandang-architect-6-kritik-arsitektur/
http://aiseta.multiply.com/journal/item/16